melow
Ketika buku personality plus kubaca halaman demi halaman, ternyata aku maupun adikku Ita dalam kehidupan sehari hari adalah jenis manusia yang didominasi oleh tipe manusia yang melankolis dan juga sekaligus si SANGGUINIS.
Melankolis adalah tipe manusia yang selalu ingin segala hal itu dapat berjalan sebagaimana mestinya, segala kegiatan harus sesuai dengan jadwal dan rencana yang matang. Keteraturan, kepastian dan ketelitian. Tipe manusia ini paling tidak suka mendengar suatu kegagalan, apalagi kekagagalan itu terjadi karena kelalaian seseorang dan bukan karena suatu sebab yang tidak dapat ditolak.
Bagaimana mungkin gagal kalau segala sesuatu sudah diperhitungkan matang matang, diatur jadwalnya dengan baik, segala hal telah disiapkan ternyata masih gagal juga atau memperoleh hasil yang sangat jauh dari harapan. Melankolis ini membuat adikku yang selalu ditunjuk untuk urusan kepanitiaan atau hal hal yang berhubungan dengan perencanaan kegiatan, membuat jadwal dan hal hal lain yang butuh ketelitian dan persiapan matang. Meski jauh dari seorang yang perfeksionis aku dan adikku selalu berprinsip jika bisa dapat hasil yang maksimal mengapa puas dengan keberhasilan setengah atau tidak maksimal. Dalam hal tertentu aku dan adikku mudah menjadi haru apalagi kalau sesuatu berjalan dengan tidak harmonis seperti harapan.
Sebagai Sangguinis akan terasa kental dan tampak jelas bila kita berdua berada jauh dari rumah. Bawa adikku Ita kesuatu pusat keramaian atau tempat orang berhura hura seperti pesta pantai, atau pesta di pulau dengan holiday resort nya. Dijamin dalam 5 atau 10 menit ia bisa berbaur dengan orang orang asing disana dan seakan telah lama menjadi bagian dari orang orang yang looking for fun tersebut. Mungkin kalau bertemu Ita adikku ditempat formal, ia tampak sangat menjaga sikapnya, langkahnya dan cara bicaranya. Seakan ia adalah seorang yang sukar bergaul dengan baik dan menjaga jarak. Tapi kalau sudah berada ditempat hura hura dimana serasa dunia ini miliknya, Ia mungkin akan menjadi seorang dancing queen atau diva.
https://riniwoe22.blogspot.com/2010/11/melow.html
Melankolis adalah tipe manusia yang selalu ingin segala hal itu dapat berjalan sebagaimana mestinya, segala kegiatan harus sesuai dengan jadwal dan rencana yang matang. Keteraturan, kepastian dan ketelitian. Tipe manusia ini paling tidak suka mendengar suatu kegagalan, apalagi kekagagalan itu terjadi karena kelalaian seseorang dan bukan karena suatu sebab yang tidak dapat ditolak.
Bagaimana mungkin gagal kalau segala sesuatu sudah diperhitungkan matang matang, diatur jadwalnya dengan baik, segala hal telah disiapkan ternyata masih gagal juga atau memperoleh hasil yang sangat jauh dari harapan. Melankolis ini membuat adikku yang selalu ditunjuk untuk urusan kepanitiaan atau hal hal yang berhubungan dengan perencanaan kegiatan, membuat jadwal dan hal hal lain yang butuh ketelitian dan persiapan matang. Meski jauh dari seorang yang perfeksionis aku dan adikku selalu berprinsip jika bisa dapat hasil yang maksimal mengapa puas dengan keberhasilan setengah atau tidak maksimal. Dalam hal tertentu aku dan adikku mudah menjadi haru apalagi kalau sesuatu berjalan dengan tidak harmonis seperti harapan.
Sebagai Sangguinis akan terasa kental dan tampak jelas bila kita berdua berada jauh dari rumah. Bawa adikku Ita kesuatu pusat keramaian atau tempat orang berhura hura seperti pesta pantai, atau pesta di pulau dengan holiday resort nya. Dijamin dalam 5 atau 10 menit ia bisa berbaur dengan orang orang asing disana dan seakan telah lama menjadi bagian dari orang orang yang looking for fun tersebut. Mungkin kalau bertemu Ita adikku ditempat formal, ia tampak sangat menjaga sikapnya, langkahnya dan cara bicaranya. Seakan ia adalah seorang yang sukar bergaul dengan baik dan menjaga jarak. Tapi kalau sudah berada ditempat hura hura dimana serasa dunia ini miliknya, Ia mungkin akan menjadi seorang dancing queen atau diva.
kira
Mengenal akan kata “prasangka” tentunya kita semua memahaminya. Jangan kayak si adek nih, langsung nunjuk aja, he…. Prasangka atau praduga merupakan adanya suatu pikiran atau sikap mengira-ngira terhadap suatu kondisi dimana kita sendiri belum tahu persis kondisi yang sebenarnya. Suatu prasangka memang tidak melulu pada hal negatif, ada juga prasangka positif (kurang lebihnya tidak akan menimbulkan dampak negatif).
Namun, ketika prasangka buruk yang hadir pada diri kita, misalnya kita berpikiran buruk tentang orang lain, segenap sikap kita terhadap orang lain itu akan dituntun oleh prasangka itu. Dalam psikologi, ada yang disebut sebagai selective perception. Manusia pada dasarnya mempersepsi dunia secara selektif, dan itu sangat tergantung pada sikap yang kita bangun mengenai dunia. Sebagai contoh, kalau kita memang sudah percaya bahwa Si A itu jahat, maka setiap kali kita bertemu dengan Si A, kita akan cenderung memberi perhatian terhadap hal-hal dalam diri orang itu yang akan mengukuhkan ketidaksukaan kita. Kita mengabaikan hal-hal baik mengenai dirinya, bahkan ketika ada orang lain yang menyatakan pendapat lain tentangnya.
Begitu kita berprasangka buruk, pikiran kita jadi terbiasa untuk bercuriga. Akibatnya kita membebani pikiran kita dengan segenap kondisi buruk yang sangat mungkin sebenarnya tidak begitu adanya. Kita menjadi orang yang terus khawatir, yang terus membayangkan hal yang tidak-tidak. Jiwa kita menjadi tidak tenang, dan itu akan tercermin dalam perilaku dan ekspresi kita.
Prasangka juga bisa menjadi sumber penyakit, jika prasangka tersebut merupakan prasangka yang buruk. Pikiran buruk adalah seperti tumpukan sampah dalam diri kita. Kalau dia dibiarkan menumpuk terus, dia akan menjadi sumber penyakit. Dan dia hanya bisa dihilangkan kalau kita mau menyingkirkannya dari diri kita. Sampah tidak hilang dengan sendirinya. Kita harus dengan sengaja membuangnya jauh-jauh sehingga baunya pun tak tercium lagi oleh hidung kita. Pikiran buruk berkodrat serupa. Ketika dia ada dalam pikiran kita, dia meracuni bagian-bagian yang masih sehat dalam benak kita. Ketika itu dibiaran berkembang, dia bahkan merusak bagian-bagian tubuh kita yang lain.
Sebagai contoh kecil saja, misalnya ketika pada suatu pagi, seorang kenalan kita tidak tersenyum pada kita, itu tidak berarti dia membenci kita. Ada banyak kemungkinan. Salah satunya, dia sedang mengalami persoalan sangat berat dalam hidupnya, misalnya saja ada salah seorang anggota keluarganya divonis mengidap penyakit serius, atau petugas kartu kredit memburunya, dan sebagainya. Atau mungkin juga karena memang dia mendengar sesuatu yang buruk mengenai diri kita, dan dia merasa tidak nyaman dengan itu.
Ada banyak kemungkinan. Tapi kalau kita kesal dan memusatkan perhatian pada soal ‘dia membenci saya” maka rangkaian kejadian selanjutnya akan didikte oleh sikap kita itu. Sebagai balasan, kita juga tidak tersenyum padanya. Kita mulai mengingat-ingat sisi buruk orang itu. Akibat lebih lanjut, kita benar-benar percaya bahwa dia tidak pantas menjadi teman kita. Ujung-ujungnya, pertemanan hancur, padahal itu semua dimulai dengan kejadian sederhana yaitu “tidak tersenyum”.
Prasangka juga seharusnya kita menempatkannya pada hal yang tepat. Hal tersebut bisa kita pelajari dari soal pengemis. Misalnya, karena kita sering mendengar tentang sindikat pengemis, kita menjadi berprasangka buruk tentang semua pengemis. Maka ketika seorang pengemis cacat mendekati kita di perempatan lampu merah, kita bukan sekadar menolak memberi tapi juga jelas-jelas menunjukkan kesebalan kita dengan wajah bersungut-sungut. Padahal, selalu ada kemungkinan bahwa orang itu benar-benar bagian dari kaum dhuafa yang diwajibkan oleh Allah untuk kita menyantuninya. Keramahan kita hilang karena sebuah prasangka.
Mulai saat ini, mudah-mudahan kita bisa lebih tepat menempatkan sebuah prasangka. Kita pelajari seperti halnya dalam Al-Quran yang berulang kali bicara soal buruknya bergunjing tentang orang lain. Dimana, kutukan dialamatkan pada mereka yang sering berbicara tentang sesuatu yang mereka tidak memiliki pengetahuan cukup mengenainya. Bahkan dalam hal perzinahan, Allah minta agar hukuman “yang sangat berat” hanya bisa ditetapkan kalau memang ada “empat saksi” yang melihat langsung. Penyebutan saksi di situ jelas menunjukkan betapa rumitnya persyaratan yang harus dipenuhi sebelum kita berhak menghakimi seseorang yang disangka melakukan perilaku buruk. Manusia tidak berhak menghukum seseorang hanya dengan prasangka.
Jika mencermati kisah diatas, kita dapat menyimpilkan bahwa berprasangka buruk adalah sesuatu yang sering mengganggu kebahagiaan hidup manusia. Karena prasangka, hidup seorang manusia bisa hancur. Karena prasangka, hubungan antar-kawan yang semula sedemikian baik bisa berbalik arah. Karena berprasangka pula, jiwa seseorang bisa berkelanjutan terbebani dengan kekhawatiran yang tak perlu. Karena itu, tidak berlebihan bila para ahli kerap menyatakan bahwa kebiasaan berprasangka harus diperangi karena efek negatifnya bisa terentang panjang.
https://riniwoe22.blogspot.com/2010/11/kira.html
Namun, ketika prasangka buruk yang hadir pada diri kita, misalnya kita berpikiran buruk tentang orang lain, segenap sikap kita terhadap orang lain itu akan dituntun oleh prasangka itu. Dalam psikologi, ada yang disebut sebagai selective perception. Manusia pada dasarnya mempersepsi dunia secara selektif, dan itu sangat tergantung pada sikap yang kita bangun mengenai dunia. Sebagai contoh, kalau kita memang sudah percaya bahwa Si A itu jahat, maka setiap kali kita bertemu dengan Si A, kita akan cenderung memberi perhatian terhadap hal-hal dalam diri orang itu yang akan mengukuhkan ketidaksukaan kita. Kita mengabaikan hal-hal baik mengenai dirinya, bahkan ketika ada orang lain yang menyatakan pendapat lain tentangnya.
Begitu kita berprasangka buruk, pikiran kita jadi terbiasa untuk bercuriga. Akibatnya kita membebani pikiran kita dengan segenap kondisi buruk yang sangat mungkin sebenarnya tidak begitu adanya. Kita menjadi orang yang terus khawatir, yang terus membayangkan hal yang tidak-tidak. Jiwa kita menjadi tidak tenang, dan itu akan tercermin dalam perilaku dan ekspresi kita.
Prasangka juga bisa menjadi sumber penyakit, jika prasangka tersebut merupakan prasangka yang buruk. Pikiran buruk adalah seperti tumpukan sampah dalam diri kita. Kalau dia dibiarkan menumpuk terus, dia akan menjadi sumber penyakit. Dan dia hanya bisa dihilangkan kalau kita mau menyingkirkannya dari diri kita. Sampah tidak hilang dengan sendirinya. Kita harus dengan sengaja membuangnya jauh-jauh sehingga baunya pun tak tercium lagi oleh hidung kita. Pikiran buruk berkodrat serupa. Ketika dia ada dalam pikiran kita, dia meracuni bagian-bagian yang masih sehat dalam benak kita. Ketika itu dibiaran berkembang, dia bahkan merusak bagian-bagian tubuh kita yang lain.
Sebagai contoh kecil saja, misalnya ketika pada suatu pagi, seorang kenalan kita tidak tersenyum pada kita, itu tidak berarti dia membenci kita. Ada banyak kemungkinan. Salah satunya, dia sedang mengalami persoalan sangat berat dalam hidupnya, misalnya saja ada salah seorang anggota keluarganya divonis mengidap penyakit serius, atau petugas kartu kredit memburunya, dan sebagainya. Atau mungkin juga karena memang dia mendengar sesuatu yang buruk mengenai diri kita, dan dia merasa tidak nyaman dengan itu.
Ada banyak kemungkinan. Tapi kalau kita kesal dan memusatkan perhatian pada soal ‘dia membenci saya” maka rangkaian kejadian selanjutnya akan didikte oleh sikap kita itu. Sebagai balasan, kita juga tidak tersenyum padanya. Kita mulai mengingat-ingat sisi buruk orang itu. Akibat lebih lanjut, kita benar-benar percaya bahwa dia tidak pantas menjadi teman kita. Ujung-ujungnya, pertemanan hancur, padahal itu semua dimulai dengan kejadian sederhana yaitu “tidak tersenyum”.
Prasangka juga seharusnya kita menempatkannya pada hal yang tepat. Hal tersebut bisa kita pelajari dari soal pengemis. Misalnya, karena kita sering mendengar tentang sindikat pengemis, kita menjadi berprasangka buruk tentang semua pengemis. Maka ketika seorang pengemis cacat mendekati kita di perempatan lampu merah, kita bukan sekadar menolak memberi tapi juga jelas-jelas menunjukkan kesebalan kita dengan wajah bersungut-sungut. Padahal, selalu ada kemungkinan bahwa orang itu benar-benar bagian dari kaum dhuafa yang diwajibkan oleh Allah untuk kita menyantuninya. Keramahan kita hilang karena sebuah prasangka.
Mulai saat ini, mudah-mudahan kita bisa lebih tepat menempatkan sebuah prasangka. Kita pelajari seperti halnya dalam Al-Quran yang berulang kali bicara soal buruknya bergunjing tentang orang lain. Dimana, kutukan dialamatkan pada mereka yang sering berbicara tentang sesuatu yang mereka tidak memiliki pengetahuan cukup mengenainya. Bahkan dalam hal perzinahan, Allah minta agar hukuman “yang sangat berat” hanya bisa ditetapkan kalau memang ada “empat saksi” yang melihat langsung. Penyebutan saksi di situ jelas menunjukkan betapa rumitnya persyaratan yang harus dipenuhi sebelum kita berhak menghakimi seseorang yang disangka melakukan perilaku buruk. Manusia tidak berhak menghukum seseorang hanya dengan prasangka.
Jika mencermati kisah diatas, kita dapat menyimpilkan bahwa berprasangka buruk adalah sesuatu yang sering mengganggu kebahagiaan hidup manusia. Karena prasangka, hidup seorang manusia bisa hancur. Karena prasangka, hubungan antar-kawan yang semula sedemikian baik bisa berbalik arah. Karena berprasangka pula, jiwa seseorang bisa berkelanjutan terbebani dengan kekhawatiran yang tak perlu. Karena itu, tidak berlebihan bila para ahli kerap menyatakan bahwa kebiasaan berprasangka harus diperangi karena efek negatifnya bisa terentang panjang.
sejarah purworejo
Sejarah Purworejo
Labels: budaya Posted by Eddy Prasetyo on 13 January 2008 at 6:03 PM
Kabupaten Purworejo memiliki sejarah yang sangat tua, dimulai dari zaman Megalitik disinyalir telah ada kehidupan dengan komunitas pertanian yang teratur, terbukti dengan sejumlah peninggalan sejarah di masa MEGALITH berupa MENHIR Batu Tegak di sejumlah wilayah Kecamatan di Kabupaten Purworejo. Ketika zaman Hindu Klasik, kawasan Tanah Bagelen berperan besar dalam perjalanan sejarah Kerajaan Mataram Kuno (Hindu). Tokoh Sri Maharaja Balitung Watukoro dikenal sebagai Maharaja Mataram Kuno terbesar, dengan wilayah kekuasaan meliputi : Jawa Tengah, Jawa Timur dan beberapa Wilayah Luar Jawa.
Prof. Purbacaraka menyatakan bahwa Sri Maharaja Balitung Watukoro berasal dari daerah Bagelen. Indikasi ini tercermin pada nama "Watukoro" yang menjadi nama sebuah Sungai Besar, Sungai ini disebut juga dengan nama Sungai Bogowonto. Disebut demikian, mengingat pada masa itu di tepian sungai sering terlihat pendeta (Begawan).
Petilasan suci berupa Lingga, Yoni dan Stupa tempat para begawan melakukan upacara dapat dilihat di wilayah Kelurahan Baledono, Kecamatan Loano dan Bagelen. Desa Watukoro sendiri terdapat di muara sungai Bogowonto dan masuk dalam wilayah Kecamatan Purwodadi.
Pengembangan Agama Islam di wilayah Purworejo, dilakukan oleh Ki Cakrajaya seorang tukang sadap nira dari Bagelen, murid dari Sunan Kalijogo. Ki Cakrajaya lebih dikenal dengan sebutan Sunan Geseng. Peninggalan Sunan Geseng banyak terdapat di Bagelen dan Loano.
Kenthol Bagelen yang merupakan Pasukan Andalan Sutawijaya, tokoh yang kemudian naik tahta menjadi Panembahan Senopati, merupakan dasar pembentukan Kerajaan Islam Mataram. Pada periode berikutnya ketika Sultan Agung berkuasa di Mataram, pasukan dari Bagelen inilah yang memberikan andil besar dalam penyerangan ke Batavia dan termasuk pasukan inti Mataram.
Akibat dari Perjanjian Giyanti 1755 yang memisahkan Kerajaan Jawa menjadi 2, yaitu Surakarta dan Yogyakarta, tanah Bagelen-pun menerima dampaknya, dimana tanah Bagelen dibagi menjadi 2 bagian untuk Yogyakarta dan Surakarta, tapi karena tidak jelasnya batas-batas pembagian tersebut, mengakibatkan sengketa yang berkepanjangan.
Masa Perang Diponegoro meletus (1825 - 1830) tanah Bagelen menjadi basis perlawanan Pangeran Diponegoro. Melihat adanya pemberontakan oleh Pangeran Diponegoro, maka Jenderal De Kock meminta bantuan pasukan dari Kerajaan Surakarta.
Menghadapi ini, Belanda yang dipimpin oleh panglimanya Kolonel Cleerens membangun markas besar garnisun di Kedongkebo tepi Sungai Bogowonto. Perang hebat tidak bisa dihindarkan, Belanda yang dibantu pasukan dari Kerajaan Surakarta yang dipimpin oleh Pangeran Kusumayuda beserta Ngabehi Resodiwiryo berhadapan dengan Pangeran Diponegoro yang dibantu oleh pasukan laskar Rakyat Bagelen
Paska Perang Diponegoro, Tanah Bagelen dan Tanah Banyumas diminta paksa oleh Belanda. Kemudian Belanda menghadiahkan kepada Ngabehi Resodiwiryo yang berjasa membantu melawan pemberontak, menjadi Penguasa Tanggung dengan gelar Tumenggung Cakrajaya yang selanjutnya diangkat menjadi Bupati (Regent) Kabupaten Purworejo dengan Gelar Cokronegoro. Pelantikan dilakukan di Kedungkebo, markas garnisun Belanda dan yang melantik adalah Kolonel Cleerens.
Wilayah Kabupaten Purworejo ketika itu adalah seluas 263 Pal persegi atau sekitar 597 Km persegi, meliputi Kawasan Timur Sungai Jali. Sedangkan wilayah seluas 306 Km persegi di Barat Sungai Jali, merupakan wilayah Kabupaten Semawung (Kutoarjo) dan dipimpin oleh Bupati (Regent) Sawunggaling. Pada perkembangan lebih lanjut, Kedongkebo yang merupakan basis Militer Belanda digabung dengan Brengkelan dan menjadi Purworejo. Sedangkan Tanah Bagelen oleh Pemerintah Kolonial Belanda dijadikan Karesidenan Bagelen dengan Ibu Kota Purworejo.
Wilayah Karesidenan Bagelem meliputi, Kabupaten Purworejo, Kabupaten Semawung (Kutoarjo), Kabupaten Kutowinangun, Kabupaten Remo Jatinegara (Karanganyar) dan Kabupaten Urut Sewo atau Kabupaten Ledok atau Kabupaten Wonosobo.
Residen Bagelen bertempat tinggal di Bangunan yang sekarang menjadi Kantor Pemerintah Daerah Purworejo atau lebih dikenal dengan nama Kantor OTONOM yang lokasinya di bagian Selatan Alun-alun Purworejo.
NASKAH DIKUTIP DARI HUMAS KAB.PURWOREJO
https://riniwoe22.blogspot.com/2010/11/sejarah-purworejo.html
Labels: budaya Posted by Eddy Prasetyo on 13 January 2008 at 6:03 PM
Kabupaten Purworejo memiliki sejarah yang sangat tua, dimulai dari zaman Megalitik disinyalir telah ada kehidupan dengan komunitas pertanian yang teratur, terbukti dengan sejumlah peninggalan sejarah di masa MEGALITH berupa MENHIR Batu Tegak di sejumlah wilayah Kecamatan di Kabupaten Purworejo. Ketika zaman Hindu Klasik, kawasan Tanah Bagelen berperan besar dalam perjalanan sejarah Kerajaan Mataram Kuno (Hindu). Tokoh Sri Maharaja Balitung Watukoro dikenal sebagai Maharaja Mataram Kuno terbesar, dengan wilayah kekuasaan meliputi : Jawa Tengah, Jawa Timur dan beberapa Wilayah Luar Jawa.
Prof. Purbacaraka menyatakan bahwa Sri Maharaja Balitung Watukoro berasal dari daerah Bagelen. Indikasi ini tercermin pada nama "Watukoro" yang menjadi nama sebuah Sungai Besar, Sungai ini disebut juga dengan nama Sungai Bogowonto. Disebut demikian, mengingat pada masa itu di tepian sungai sering terlihat pendeta (Begawan).
Petilasan suci berupa Lingga, Yoni dan Stupa tempat para begawan melakukan upacara dapat dilihat di wilayah Kelurahan Baledono, Kecamatan Loano dan Bagelen. Desa Watukoro sendiri terdapat di muara sungai Bogowonto dan masuk dalam wilayah Kecamatan Purwodadi.
Pengembangan Agama Islam di wilayah Purworejo, dilakukan oleh Ki Cakrajaya seorang tukang sadap nira dari Bagelen, murid dari Sunan Kalijogo. Ki Cakrajaya lebih dikenal dengan sebutan Sunan Geseng. Peninggalan Sunan Geseng banyak terdapat di Bagelen dan Loano.
Kenthol Bagelen yang merupakan Pasukan Andalan Sutawijaya, tokoh yang kemudian naik tahta menjadi Panembahan Senopati, merupakan dasar pembentukan Kerajaan Islam Mataram. Pada periode berikutnya ketika Sultan Agung berkuasa di Mataram, pasukan dari Bagelen inilah yang memberikan andil besar dalam penyerangan ke Batavia dan termasuk pasukan inti Mataram.
Akibat dari Perjanjian Giyanti 1755 yang memisahkan Kerajaan Jawa menjadi 2, yaitu Surakarta dan Yogyakarta, tanah Bagelen-pun menerima dampaknya, dimana tanah Bagelen dibagi menjadi 2 bagian untuk Yogyakarta dan Surakarta, tapi karena tidak jelasnya batas-batas pembagian tersebut, mengakibatkan sengketa yang berkepanjangan.
Masa Perang Diponegoro meletus (1825 - 1830) tanah Bagelen menjadi basis perlawanan Pangeran Diponegoro. Melihat adanya pemberontakan oleh Pangeran Diponegoro, maka Jenderal De Kock meminta bantuan pasukan dari Kerajaan Surakarta.
Menghadapi ini, Belanda yang dipimpin oleh panglimanya Kolonel Cleerens membangun markas besar garnisun di Kedongkebo tepi Sungai Bogowonto. Perang hebat tidak bisa dihindarkan, Belanda yang dibantu pasukan dari Kerajaan Surakarta yang dipimpin oleh Pangeran Kusumayuda beserta Ngabehi Resodiwiryo berhadapan dengan Pangeran Diponegoro yang dibantu oleh pasukan laskar Rakyat Bagelen
Paska Perang Diponegoro, Tanah Bagelen dan Tanah Banyumas diminta paksa oleh Belanda. Kemudian Belanda menghadiahkan kepada Ngabehi Resodiwiryo yang berjasa membantu melawan pemberontak, menjadi Penguasa Tanggung dengan gelar Tumenggung Cakrajaya yang selanjutnya diangkat menjadi Bupati (Regent) Kabupaten Purworejo dengan Gelar Cokronegoro. Pelantikan dilakukan di Kedungkebo, markas garnisun Belanda dan yang melantik adalah Kolonel Cleerens.
Wilayah Kabupaten Purworejo ketika itu adalah seluas 263 Pal persegi atau sekitar 597 Km persegi, meliputi Kawasan Timur Sungai Jali. Sedangkan wilayah seluas 306 Km persegi di Barat Sungai Jali, merupakan wilayah Kabupaten Semawung (Kutoarjo) dan dipimpin oleh Bupati (Regent) Sawunggaling. Pada perkembangan lebih lanjut, Kedongkebo yang merupakan basis Militer Belanda digabung dengan Brengkelan dan menjadi Purworejo. Sedangkan Tanah Bagelen oleh Pemerintah Kolonial Belanda dijadikan Karesidenan Bagelen dengan Ibu Kota Purworejo.
Wilayah Karesidenan Bagelem meliputi, Kabupaten Purworejo, Kabupaten Semawung (Kutoarjo), Kabupaten Kutowinangun, Kabupaten Remo Jatinegara (Karanganyar) dan Kabupaten Urut Sewo atau Kabupaten Ledok atau Kabupaten Wonosobo.
Residen Bagelen bertempat tinggal di Bangunan yang sekarang menjadi Kantor Pemerintah Daerah Purworejo atau lebih dikenal dengan nama Kantor OTONOM yang lokasinya di bagian Selatan Alun-alun Purworejo.
NASKAH DIKUTIP DARI HUMAS KAB.PURWOREJO
peduli
Yayasan Peduli Anak Negeri (YPAN) is a continuous foundation of a group called Kawula Muda Kreatif (KMK) that had a great reputation in his era.
KMK was basically appeared from the brilliant ideas of social workers especially to the life of young generation who has graduated from elementary school, secondary school, and even university that have not got the job because of the very strict competition.
Since it is founded in 1995, KMK at the beginning managed the business of poultry which is assisted by Mitra Tani Yogyakarta foundation. As the result, because of the full care to the life of young generation, KMK finally achieve great responds and supports not only from any level of society but also from government.
Here are a number of achievements that is got by KMK as group of social worker:
* As a pioneer of development
* As the best group in the field of the development of poultry agribusiness at the level of Province of East Java.
* As the second best group in the field of the development of poultry agribusiness in national level.
With care and honesty as a base of this foundation, a number of institutions who have ever joined with this foundation are as follows:
* Department of Poultry.
* Department of Agriculture.
* Department of Forestry.
* IGGI through Mitra Tani Foundation.
Relating to the achievements we montioned above these are not making us pride of it and becoming cocky, in fact what the thing that can make us proud is that if we can:
* To see the children of this nation grow up to become the generation that we can count on to involve developing this nation.
* To make our nation as the prosperous community which is all its need of foods, dressing and housing are filled.
* To support and give added value to the community, state apparatus to develop a good governance system.
* To make community, state apparatus (government) to be care for cultural development that is now becoming eroded caused by the development advancement.
* To become Peduli Anak Negeri Foundation of that care for the nation generation, this is foundation for all aspiration of this community.
https://riniwoe22.blogspot.com/2010/11/hgjkhgjhgjh.html
KMK was basically appeared from the brilliant ideas of social workers especially to the life of young generation who has graduated from elementary school, secondary school, and even university that have not got the job because of the very strict competition.
Since it is founded in 1995, KMK at the beginning managed the business of poultry which is assisted by Mitra Tani Yogyakarta foundation. As the result, because of the full care to the life of young generation, KMK finally achieve great responds and supports not only from any level of society but also from government.
Here are a number of achievements that is got by KMK as group of social worker:
* As a pioneer of development
* As the best group in the field of the development of poultry agribusiness at the level of Province of East Java.
* As the second best group in the field of the development of poultry agribusiness in national level.
With care and honesty as a base of this foundation, a number of institutions who have ever joined with this foundation are as follows:
* Department of Poultry.
* Department of Agriculture.
* Department of Forestry.
* IGGI through Mitra Tani Foundation.
Relating to the achievements we montioned above these are not making us pride of it and becoming cocky, in fact what the thing that can make us proud is that if we can:
* To see the children of this nation grow up to become the generation that we can count on to involve developing this nation.
* To make our nation as the prosperous community which is all its need of foods, dressing and housing are filled.
* To support and give added value to the community, state apparatus to develop a good governance system.
* To make community, state apparatus (government) to be care for cultural development that is now becoming eroded caused by the development advancement.
* To become Peduli Anak Negeri Foundation of that care for the nation generation, this is foundation for all aspiration of this community.
Langganan:
Postingan (Atom)